9.11.08

Kompas epaper

Kompas sebagai salah satu koran terkemuka di nusantara ternyata sudah kaya. Kaya berita dan kaya duit. Seperti kita ketahui web-nya sendiri sudah ada sejak lama. Berita-berita di web-nya pun kalau saya perhatikan tidak melulu berita yang dimuat di koran fisik kemudian ditumpahkan ke web. Jadi kebanyang lah ya betapa banyak berita yang disajikan kompas group ini. Nah sekarang, tulisan korannya yang biasa dimuat di media cetak fisik kini sudah dapat dijumpai dalam format dijital di internet. epaper istilahnya. Jadi kini kita sudah bisa membaca koran lewat internet. Koran dijital. Dan hebatnya lagi layanan ini diberikan secara cuma-cuma. Dulu saja saya sudah bertanya-tanya "tiga ribu untuk halaman setebal ini?". Nah sekarang saya makin penasaran "0 rupiah untuk berita sebanyak ini???" Mungkin kompas sudah mendapat untung dari iklan-iklan di korannya.

Layanan epaper atau koran dijital ini sudah diperkenalkan semenjak pertengahan tahun ini. Berita yang disajikan adalah berita kemarin. Walaupun begitu, saya tetap ingin membacanya. Pertama yang jelas karena ini murah (daripada langganan terus bayar terus kertasnya jadi sampah). Kedua koran ini juga ramah lingkungan karena hemat kertas. Kemudian koran dijital ini juga mudah untuk digunakan ketimbang harus membolak-balik halaman segede-gede gaban.

Bagi yang belum pernah mampir, sok didatengin

http://epaper.kompas.com
Salut buat kompas!!

baca tulisan kumplitnya...

8.11.08

Atur Waktu

Beberapa hari terakhir ini menjadi minggu-minggu brutal yang cukup menguras tenaga akibat praktikum yang dijadwalkan dengan binal dan seenak jidat. Ditambah UTS Medan yang bahannya banyak. Senin kemarin saya bertemu pertama kalinya dengan praktikum PSD di lab radar. Praktikumnya bercerita tentang merancang filter dijital FIR. Akhirnya saya tahu apa yang dipelajari dalam PSD ini mengingat kuliahnya yang cukup "filosofis". Praktikum PSD ini ada lima modul. Dua modul pertama dilaksanakan di lab radar atau lebih dikenal sebagai LTRGM. Sedang tiga modul sisanya di LSS atau Laboratorium Sinyal dan Sistem. Untuk yang lab radar lebih kepada substansi mata kuliah PSD yaitu mendesain filter dijital FIR dan IIR menggunakan software-software pendukung. Sedang yang di LSS tentang supporting course-nya, yaitu belajar MATLAB, DSK, dan CCS. Mereka adalah software pendukung kalau kita mau mensimulasi dan mengemulasi proses pemfilteran.
Yang saya sesalkan adalah kenapa praktikum PSD LSS ini baru dilakukan sekarang, karena apa yang dilakukan dalam praktikum ini merupakan bahan pendukung untuk dua praktikum PSD di LTRGM (yang menurut saya praktikum utamanya). Lucu saja, sekarang di LTRGM kita belajar mendesain filter menggunakan DSK dan CCS, tapi praktikum untuk pengenalan DSK dan CCS ini baru dilangsungkan satu/dua minggu ke depan. Menurut saya praktikum PSD LSS ini seharusnya dilangsungkan di awal tahun ajaran dulu. Karena pada masa-masa itu kuliah masih super santai. Tugas belum banyak, kuliah belum berat, dan jadwal pun masih ada yang bolong. Sehingga ketika praktikum mendesain filter dijital dilaksanakan, kita tidak kagok lagi karena software pendukungnya sudah pernah kita coba. Nah, yang terjadi sekarang, ketika praktikum saya cuma sibuk masukin data saja terus ngikutin perintah di modul untuk nge-klik nge-klik perintah di DSK dan CCS. Dengan sedikit duga-duga tanpa tahu secara pasti apa maknanya. Kalau ada pesan error atau apa, saya tidak bisa berbuat banyak, saya langsung bertanya ke asisten.
Mungkin ada yang bilang kalau jangan mengeluh terlalu banyak. Ada juga yang bilang bahwa DSK dan CCS itu mudah dan bisa dipelajari sendiri. Saya tidak menyalahi hal itu, tapi masalah yang timbul sekarang kondisional : dulu ada waktu lowong, dan sekarang kita belajar masalah utama dengan pengetahuan pendukung malah dipelajari nanti.
Solusi ke depannya bagi saya ada dua. Pertama Praktikum PSD LSS ditaruh di muka atau di awal tahun ajaran. Kedua Praktikum PSD LSS ini sekalian saja tidak usah dilangsungkan kalau memakai asumsi MATLAB, DSK, dan CCS ini dapat dipelajari sendiri, toh itu juga akan meringankan beban kuliah.
Saya berharap ke depannya Teknik Elektro sebagai Program Studi yang banyak peminatnya di ITB ini lebih mampu mengatur kurikulumnya terutama menetapkan waktu pelaksanaan silabus mata kuliahnya. Jangan sampai blunder seperti ini terjadi lagi karena seolah-olah hanya sekedar menghabiskan jatah silabus.

baca tulisan kumplitnya...

2.11.08

Belajar berbuat dan bertanggung jawab

Kemarin Sabtu (1Nov) telah berlangsung LPJ BP HME ITB periode 2007/2008 berikut MPAnya. Buat yang belum tahu, BP HME itu singkatan dari Badan Pengurus Himpunan Mahasiswa Elektroteknik. Lembaga eksekutifnya himpunan. Sedang MPA itu Majelis Perwakilan Anggota yang berlaku sebagai badan legislatif sekaligus yudikatif. Kalau bisa dianalogikan, BP itu seperti kabinet pemerintahan Indonesia, sedang MPA seperti MPR/DPR sekaligus DPA.
Acara pertama presentasi dari Ketua HME, dilanjutkan menteri-menteri dan dirjen-dirjen yang ada. Isi presentasi menyangkut visi/misi, targetan, pelaksanaan, parameter keberhasilan program, evaluasi, dan pengenalan personil masing-masing. Setelah itu dilanjutkan sesi tanya jawab dari MPA dan massa HME. Di sesi ini banyak diberikan pertanyaan-pertanyaan dari MPA seputar kenapa program tidak jalan, itu begini, ini begitu. Yang cukup menusuk adalah pernyataan salah satu massa HME diakhir sesi. Beliau menyangsikan angka-angka keberhasilan yang ada. Walaupun suatu bagian menyatakan berhasil sekian persen, namun kenyataan riilnya tidak demikian. Kalau boleh saya tangkap, keberhasilan hanya diukur dari suatu program telah berjalan. Mengenai itu hanya sekedar melaksanakan, itu urusan lain. Tidak ada tanggapan untuk itu, karena yang bersaangkutan hanya meminta itu untuk menjadi renungan.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan laporan dari MPA, pembacaan diterima/tidaknya pertanggungjawaban bagian-bagian, lalu pelantikan anggota baru MPA, dan terakhir nonton bersama film kaleidoskop bikinan divisi visual HME.
Ini adalah simulasi, bagi saya beginilah siklus hidup. Pada awal-awal sekali pengetahuan kita kosong, tidak mengerti apa-apa tentang dunia. Setelah menjalani pendidikan/kaderisasi/apapunnamanya itu, kita diberi tahu dan kita jadi cukup tahu. Ilmu yang didapat tadi dirumuskan dan diformulasikan sendiri-sendiri menghasilkan kesimpulan yang menjadi pegangan dalam berpikir dan bertindak. Setelah ini kita melatih diri untuk sekedar menguji pengetahuan yang ada. Ada masanya pengetahuan yang kita dapat itu sudah dianggap cukup. Pada saat seperti ini kita dituntut menjadi pelaksana. Kita diberikan soal dan problematika yang riil. Kita dituntut menyelesaikannya. Kita berencana kemudian belajar untuk berbuat. Agar mudah dan tepat, kita membutuhkan guideline. Dalam menjalani ini, kudu sabar dan hati-hati. Jangan asal bertindak, namun jangan juga terlambat bertindak. Di saat seperti ini dituntut kesigapan lapangan yang tinggi tanpa melupakan esensi pengerjaan. Segala rumus dan formula yang menjadi pengangan akan bercampur baur dan bekerja di alam bawah sadar. Spontanitas dan intuisi bekerja berdasarkan pengetahuan yang telah mengendap. Sulit untuk memilah-milah atau kembali lagi ke dasar. Pembelajaran telah dilakukan, menjadi pelaksana sudah diperankan. Selanjutnya adalah saat evaluasi. Apakah segala hal yang telah direncanakan dan dilaksanakan sinkron? Jika tidak, apa penyebabnya? Bagaimana solusi kedepannya? Evaluasi ini menjadi bahan pertanggungjawaban kepada siapapun yang bersinggungan dengan hasil kerja kita. Dalam organisasi namanya LPJ, di sekolah namanya raport, kalau dalam hidup ini namanya peng-hisab-an.. Setiap proses bisa menjadi bagian dari proses lain yang lebih besar, begitu seterusnya.
Jadi ketika kita menyatakan kita berani berbuat, harus dengan tulus menyadari kalau kita berani bertanggungjawab. Ketika kita tahu, maka secara tidak langsung itu sudah menjadi tanggung jawab. Tidak adil? If so, you may say life isn't fair either..

baca tulisan kumplitnya...

31.10.08

membal...

bola bekel yang bagus itu yang memiliki elastisitas yang bagus. begitu kata orang-orang. semakin tinggi membalnya kalau dipantulkan, maka ia semakin baik. kehebatan seseorang juga sama. keteguhan seseorang itu dilihat kalau ia mampu bangkit kembali ketika dia "jatuh". ketika dia mampu membuktikan bahwa dia jatuh hanya untuk bangkit kembali. ya, jatuh untuk bangkit kembali. keren kalipun ieu.. tahlah..

baca tulisan kumplitnya...

29.10.08

sedang apa.. sedang apa..

seminggu ini ada beberapa hal yang bakalan saya hadapi:
satu PR (Medan;30/10),
dua TP (P. sismik;30/10 dan P. PSD;3/10),
dua Laporan (P. sismik lagi;31/10 dan P. Arsikom3/10),
dua UTS (Medan yang tertulis;6/10 dan Sismik yang bikin proyek;4/10).
Itu soal akademik. Ada lagi, yang kalo kata orang-orang tuh non-akademik, walaupun saya tidak setuju dengan terminologi demikian karena seolah melunturkan makna sesungguhnya "pendidikan". well anyway, for you who don't know, it's the HME 2008 election count. fyi, kemarin saya mencalonkan diri untuk menjadi kahim HME periode selanjutnya. Perhitungannya bakal dilaksanain 31 Oktober 2008.

Whatever the result will be, I believe that it'll determine my future.

Dalam menghadapi sesuatu, kita harus punya rencana. Minimal plan A, lebih baik ada plan B. Begini maksud saya. Plan A akan kita bentuk mulai dari sekarang sampai kita berhasil mencapai target yang kita inginkan. Misalnya ketika kita ingin menang suatu lomba pembuatan robot, kita tentukan langkah-langkahnya. Mulai dari targetan yang ingin dicapai, timeline-nya, pembagian tugasnya, sampai simulasi/gladi resik/troubleshooting-nya. Begitu standarnya. Dengan ini kita menjadi fokus dengan apa yang ingin kita capai. Seperti suami yang sedang kepepet mencari jeruk di pasar untuk istrinya yang sedang ngidam. Sepanjang hari, sepanjang jalan, yang dilihat hanya dua : jeruk dan selain jeruk.
Nah, orang bijak itu saya lihat, memiliki rencana lain seandainya targetan yang diinginkan itu tidak kesampaian. Setelah berjuang keras dan cerdas. Setelah berurusan dengan targetannya sampai lupa dunia, maka ia kemudian membuat plan B. Rencana ini dipikirkan diakhir-akhir/menjelang lomba/ujian menghadang. Istilahnya pas H-7 an SPMB-lah. "Seandainya saya tidak menjadi juara satu lomba, maka saya akan ikut lomba lain yang serupa, peluang saya menang besar ke depannya karena saya sudah punya modal lebih". Begitu kira-kira. Intinya menyenangkan hati. Supaya diri ini tidak gelisah dan deg-degan menjelang ujian. Dengan ini kita bisa tetep positif menghadapi tantangan. Sehingga tidak ada istilah gagal ke depannya. Karena yang ada adalah belum berhasil.. toh masih banyak peluang ke depannya..

that's all...

baca tulisan kumplitnya...

5.9.08

menurut saya

Ramadhan telah tiba. banyak orang berlomba mengaji termasuk saya. banyak orang berlomba ibadah termasuk saya. banyak orang men-simbolkan bulan ini termasuk saya. kita butuh akselerasi katanya. sepakat sih. tapi akselerator jangan sampai menutup yang esensial. akselerator hanya sementara di mana tanggung jawab harus diberikan kembali kepada yang berwenang.
Orang gila hanya dianggap gila kalau ada orang waras. putih ada karena ada hitam. kejahatan ada karena kebaikan. kalau begitu siapa yang salah ketika ada penjahat? orang baik kah? saya punya teori kalau kejahatan dapat dilenyapkan selama-lamanya dengan menghilangkan kebajikan. ketika di dunia ini sudah tidak ada kebaikan maka praktis kejahatan juga akan hilang. orang gila dapat dihilangkan dengan melenyapkan orang waras.
Berpikir saja masih takut apalagi bertindak. padahal pikiran nakal itu tidak akan merugikan orang lain. salah saat masih dalam pikiran tidak akan menimbulkan bencana. bencana timbul ketika kita tidak lagi berpikir. ketika otak ini beku. ketika tindakan hanya berlandaskan filosofi ikut-ikutan. jadi mayat hidup saja.
Egois itu tidak baik. onani itu tidak baik. dunia ini akan berarti jika kita berbagi. dunia akan penuh warna ketika kita peduli. dunia akan menjadi dunia kalau ada manusianya.
Manusia punya kelebihan untuk membayangkan sesuatu dan untuk berempati. jadilah manusia bebas yang tidak terkekang dan tidak takut salah. 'salah' adalah kata-kata yang dibuat kaum pesimistis. yang dikeluarkan intelektual yang ragu-ragu.

baca tulisan kumplitnya...

3.6.08

Just do it

Spontanitas adalah kejujuran. Setidaknya itu paham yang saya anut. Lalu saya bertanya-tanya, apakah segalanya harus serba teratur. Apakah segalanya tidak lebih baik kalau berjalan begitu saja secara alami. Saya juga bertanya-tanya, apakah dulu Sir Isac Newton punya agenda harian? Mungkin ya. Apakah mereka, orang-orang besar itu memiliki mimpi? Pastinya ya. Tapi kemudian apakah harus membuat segalanya serba tertulis. Membuat segalanya terencana diatas kertas secara terperinci. Terkadang membuat segalanya itu saja tertuang dalam kertas secara detail sudah membuat takut. Takut kalau-kalau ini bukan rencana terbaik. Takut kalau ternyata ada jalan lain yang lebih baik dan lebih tepat. Mungkin ada ketakutan untuk bermimpi. Mungkin ada ketakutan untuk jujur. Pastinya segala sesuatu itu ada kekurangan. rencana yang at leats 99% perfect pun tidak bisa sempurna. Nah, kalau tidak ada kesempurnaan, kenapa harus ada kata sempurna? Juga kalau tidak ada yang jelek, namun yang ada tidak bagus atau tidak cantik, kenapa harus ada kata “jelek”. Sama halnya dengan kegagalan, kenapa harus ada kata “kegagalan“ kalau bisa disubstitusi dengan keberhasilan yang tertunda. Who the hell make those words?

Seseorang butuh koridor jika ingin total. Jika ingin bisa memaksimalkan seluruh dayanya. Jika ingin menjadi semacam dewa. Kata teman saya bertapa lebih lama jelas lebih sakti. Memang betul, seseorang yang bertapa berarti berkonsentrasi penuh pada usahanya. Ia mencurahkan pikiran, tenaga, waktu, dan segalanya kepada usahanya. Saya ingin menggunakan kata turbulensi, namun tidak yakin akan makna dan kelas katanya. Seorang petapa tidak perduli dengan lingkungan sekitar. Ia tidak mau ambil pusing dengan kejadian lain yang tidak berhubungan dengan dunianya. Ia hanya peduli dengan apa yang ada di dalam pikirannya, seolah memakai kacamata kuda. Banyak yang menggunakan terminology “autis”. Tapi mungkin “autisme” inilah puncak kejeniusan. Puncak dari segala-galanya. Puncak dari si petapa asyik dengan dunianya sendiri. Saya perrnah baca kalau seorang sufi itu dekat dengan kegilaan. Yang mengalami jelas lebih tahu daripada yang berkomentar. Tapi si petapa, yang notabene tenggelam dengan hal yang dialaminya, justru sibuk dengan kegilaannya. Bahkan sampai tidak sempat memberi nama atau sekedar memprotes akan julukan negatif yang diberikan kepadanya. Ia lebih memilih pekerjaan berat, dunianya, dibanding pekerjaan ringan, memprotes gelarnya.

Inginnya menjadi “autis” dan “gila”.

Kadang takut untuk memilih kegilaan. Kenapa sih harus serba takut? Ask it to yourself. Mungkin jawabannya adalah just do it.

baca tulisan kumplitnya...

1.6.08

Lelah yang Terbayar

Alhamdulillah PLO hari ini berjalan lancar, bisa dibilang dengan persiapan yang rada terburu-buru (walaupun saya kurang setuju). Saya rasa, itu semua karena pertama, kita sudah punya berbagai bentuk alternative acara. Adanya berbagai versi PLO yang telah ditentukan sebelumnya membuat teman-teman dari tim acara kerja keras banting tulang peras keringat mandi darah membuat berbagai bentuk acara. Jadilah kemarin itu kita tinggal comot sini ambil sana. Terimakasih kepada Ibu Nadhira dkk. atas berbagai versi acara ini, juga kepada Rofi atas kontrolnya pas simulasi, dan kepada Niko Robbel atas persiapan Opening Ceremony-nya yang gahar. Kedua menurut saya karena banyak panitia lapangan (staff dan motivator) yang telah belajar dari pengalaman dan memang telah skill dari sebelumnya. Terimakasih kepada bakot cs yang telah lelah-lelah survey di Baksil jam 1 pagi. Juga kepada Haryo atas koordinasinya bersama kawan-kawanku motivator yang telah berpikir mandiri. Serta kepada Bapak Ibu Mentor atas kesediannya hadir. Ketiga saya rasa karena briefing malam sebelumnya yang baik, yang walaupun cukup dilelahkan oleh tawa-tawa malam. Makasih kepada materi, acara, lapangan, dan motivator atas sumbangan idenya yang tak lelah-lelah dikeluarkan, lalu atas kesediannya tetep melek briefing sampe jam 12 malam. Keempat, karena pengisi acaranya, terutama ketika opening ceremony di jembatan di sabuga. Nuansanya pas dan dapet banget. Di alam terbuka, dengan latar rumah-rumah penduduk, puisi yang keren (terimakasih kepada robel), orator-orator ulung (terimakasih kepada Syarief, Dolly, dan Nanto), dan pensuasanaan dari panitia yang khidmat. Pada akhirnya bisa dibilang persiapan ini tuh tidak terburu-buru, setidaknya tidak dari nol. Semua sudah cukup disiapkan dengan berbagai template yang ada, pengalaman dari 2 pertemuan sebelumnya, dan semangat yang mengebu-gebu agar ini terlaksana, seolah menunggu magma keluar dari puncak gunung berapi. Akhir kata terimakasih kepada berbagai pihak atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung, atas dukungan morilnya, dan atas doanya.

Thanks y’all. Thanks for the great day, lelah yang terbayar.

baca tulisan kumplitnya...

27.5.08

Sebuah Cerita Tentang Bertahan Hidup dan Memaknainya

Tersebutlah seorang lulusan cum laude dari MIT yang setelah lulus langsung menangani perusahaan ayahnya. Tak lama kemudian dia langsung menjadi CEO perusahaan penghasil senjata tersebut. Hidup bergelimang harta dan ketenaran membuatnya tidak menyadari kalau buah pikirannya hanya digunakan untuk penghancuran dan membuat dunia berantakan. Suatu hari ketika sedang berkendara di daerah timur tengah bersama angkatan bersenjata, mobilnya diserang menyebabkan dirinya diculik oleh kawanan pemberontak setempat. Di tempat penculikan, sang enjiner ditawan di dalam gua terpencil. Dia diminta membuat senjata mutakhir yang kekuatannya cukup dahsyat. Dia berada dalam posisi dilematis, jika senjata tersebut dibuatkan, maka secara tidak langsung ia akan berpartisipasi dalam pembantaian orang-orang tak bersalah, jika tidak, nyawanya yang akan diakhiri. Namun, dasar orang pintar, sang enjiner dibantu seorang ilmuwan yang juga ditawan di sana malah membuat membuat semacam robot kostum yang dapat dipakai untuk melarikan diri. Ia mengelabui pemimpin pemberontak dengan meminta ini dan itu dan sambil memanfaatkan barang-barang rongsokan di sekitarnya. Ia berpura-pura membuat senjata pesanan bos pemberontak. Akhirnya berbekal kepintaran, ketekunan, dan semangat untuk bertahan hidup robot kostum tersebut berhasil dibuat. Sang enjiner berhasil melarikan diri namun dengan pengorbanan sang ilmuwan yang telah menyelamatkan nyawanya dan telah setia membantunya selama ini. Juga dengan pengorbanan kostum robotnya yang hancur dalam proses pelarian diri.

Sepulang ke rumahnya, ia menjadi sadar bahwa senjata yang dibuatnya hanya dimanfaatkan untuk berbuat kejahatan. Akhirnya semenjak saat itu ia bertekad mengabdikan hidupnya untuk dapat membuat kedamaian di bumi. Ia berniat menyetop produksi senjatanya. Ia juga melanjutkan membuat robot kostum demi memberi pelajaran kepada kawanan pemberontak yang dahulu menawannya. Dengan segala hambatan yang ada ia akhirnya berhasil membuat dengan komplit rancangan robot kostumnya tersebut. Setelah jadi, Ia langsung terbang ke tempat si pemberontak beraksi dan berhasil menjegal kejahatan mereka.

Cerita yang disadur dari film Iron Man ini memberi pelajaran dua hal kepada saya. Berbekal kepintaran dan tekad yang kuat, ditawan di goa sekalipun kita dapat bertahan hidup dan merealisasikan mimpi kita. Seringkali kita terjebak dengan mengeluh kurangnya fasilitas, jeleknya suasana, atau mood yang kurang baik. Itu semua bukanlah halangan kita sebenarnya. Disekitar kita telah tersebar banyak hal untuk mendukung mimpi kita. Kita hanya perlu jeli dan cermat dalam memilah mana-mana yang dapat dimanfaatkan. Suasana atau mood berada dalam lingkaran pengaruh kita. Itu semua dapat diubah cukup dengan tersenyum dan meyakinkan diri bahwa kita bisa. Halangan terbesar sebenarnya terdapat dalam diri kita yang masih takut untuk melangkah. Takut salah langkah. Tak ada yang salah dengan kegagalan. Yang salah adalah kalau kita tidak pernah mencoba. Toh Thomas Alfa Edison menemukan lampu setelah ribuan kali kegagalan. Just do it! You’ll never know till you’ve tried.

Kedua, tentang bagaimana memaknai hidup. Banyak pendapat akan hal ini. Namun saya rasa semua sepakat kalau potensi di dalam diri kita ini wajib untuk dikembangkan dan kitalah yang bertanggung jawab untuk mengembangkannya. Kitalah yang bertanggung jawab untuk mendidik diri kita sendiri. Ketika sudah dikembangkan, sadar tidak sadar, hal ini akan memberikan pengaruh pada lingkungan di sekitar kita. Bisa berdampak buruk, bisa berdampak baik. Tergantung keahlian mana yang kita asah. Pandai berbicara merupakan potensi. Menjadi penghasut dan pengkotbah merupakan dua keahlian atau profesi yang sangat bertolak belakang jika dikembangkan. Pada akhirnya menurut saya, hidup ini akan bermakna kalau kita mengembangkan potensi yang ada pada diri demi menebar manfaat kepada lingkungan sekitar.

baca tulisan kumplitnya...

blogger templates | Make Money Online