27.5.08

Sebuah Cerita Tentang Bertahan Hidup dan Memaknainya

Tersebutlah seorang lulusan cum laude dari MIT yang setelah lulus langsung menangani perusahaan ayahnya. Tak lama kemudian dia langsung menjadi CEO perusahaan penghasil senjata tersebut. Hidup bergelimang harta dan ketenaran membuatnya tidak menyadari kalau buah pikirannya hanya digunakan untuk penghancuran dan membuat dunia berantakan. Suatu hari ketika sedang berkendara di daerah timur tengah bersama angkatan bersenjata, mobilnya diserang menyebabkan dirinya diculik oleh kawanan pemberontak setempat. Di tempat penculikan, sang enjiner ditawan di dalam gua terpencil. Dia diminta membuat senjata mutakhir yang kekuatannya cukup dahsyat. Dia berada dalam posisi dilematis, jika senjata tersebut dibuatkan, maka secara tidak langsung ia akan berpartisipasi dalam pembantaian orang-orang tak bersalah, jika tidak, nyawanya yang akan diakhiri. Namun, dasar orang pintar, sang enjiner dibantu seorang ilmuwan yang juga ditawan di sana malah membuat membuat semacam robot kostum yang dapat dipakai untuk melarikan diri. Ia mengelabui pemimpin pemberontak dengan meminta ini dan itu dan sambil memanfaatkan barang-barang rongsokan di sekitarnya. Ia berpura-pura membuat senjata pesanan bos pemberontak. Akhirnya berbekal kepintaran, ketekunan, dan semangat untuk bertahan hidup robot kostum tersebut berhasil dibuat. Sang enjiner berhasil melarikan diri namun dengan pengorbanan sang ilmuwan yang telah menyelamatkan nyawanya dan telah setia membantunya selama ini. Juga dengan pengorbanan kostum robotnya yang hancur dalam proses pelarian diri.

Sepulang ke rumahnya, ia menjadi sadar bahwa senjata yang dibuatnya hanya dimanfaatkan untuk berbuat kejahatan. Akhirnya semenjak saat itu ia bertekad mengabdikan hidupnya untuk dapat membuat kedamaian di bumi. Ia berniat menyetop produksi senjatanya. Ia juga melanjutkan membuat robot kostum demi memberi pelajaran kepada kawanan pemberontak yang dahulu menawannya. Dengan segala hambatan yang ada ia akhirnya berhasil membuat dengan komplit rancangan robot kostumnya tersebut. Setelah jadi, Ia langsung terbang ke tempat si pemberontak beraksi dan berhasil menjegal kejahatan mereka.

Cerita yang disadur dari film Iron Man ini memberi pelajaran dua hal kepada saya. Berbekal kepintaran dan tekad yang kuat, ditawan di goa sekalipun kita dapat bertahan hidup dan merealisasikan mimpi kita. Seringkali kita terjebak dengan mengeluh kurangnya fasilitas, jeleknya suasana, atau mood yang kurang baik. Itu semua bukanlah halangan kita sebenarnya. Disekitar kita telah tersebar banyak hal untuk mendukung mimpi kita. Kita hanya perlu jeli dan cermat dalam memilah mana-mana yang dapat dimanfaatkan. Suasana atau mood berada dalam lingkaran pengaruh kita. Itu semua dapat diubah cukup dengan tersenyum dan meyakinkan diri bahwa kita bisa. Halangan terbesar sebenarnya terdapat dalam diri kita yang masih takut untuk melangkah. Takut salah langkah. Tak ada yang salah dengan kegagalan. Yang salah adalah kalau kita tidak pernah mencoba. Toh Thomas Alfa Edison menemukan lampu setelah ribuan kali kegagalan. Just do it! You’ll never know till you’ve tried.

Kedua, tentang bagaimana memaknai hidup. Banyak pendapat akan hal ini. Namun saya rasa semua sepakat kalau potensi di dalam diri kita ini wajib untuk dikembangkan dan kitalah yang bertanggung jawab untuk mengembangkannya. Kitalah yang bertanggung jawab untuk mendidik diri kita sendiri. Ketika sudah dikembangkan, sadar tidak sadar, hal ini akan memberikan pengaruh pada lingkungan di sekitar kita. Bisa berdampak buruk, bisa berdampak baik. Tergantung keahlian mana yang kita asah. Pandai berbicara merupakan potensi. Menjadi penghasut dan pengkotbah merupakan dua keahlian atau profesi yang sangat bertolak belakang jika dikembangkan. Pada akhirnya menurut saya, hidup ini akan bermakna kalau kita mengembangkan potensi yang ada pada diri demi menebar manfaat kepada lingkungan sekitar.

baca tulisan kumplitnya...

blogger templates | Make Money Online