2.11.08

Belajar berbuat dan bertanggung jawab

Kemarin Sabtu (1Nov) telah berlangsung LPJ BP HME ITB periode 2007/2008 berikut MPAnya. Buat yang belum tahu, BP HME itu singkatan dari Badan Pengurus Himpunan Mahasiswa Elektroteknik. Lembaga eksekutifnya himpunan. Sedang MPA itu Majelis Perwakilan Anggota yang berlaku sebagai badan legislatif sekaligus yudikatif. Kalau bisa dianalogikan, BP itu seperti kabinet pemerintahan Indonesia, sedang MPA seperti MPR/DPR sekaligus DPA.
Acara pertama presentasi dari Ketua HME, dilanjutkan menteri-menteri dan dirjen-dirjen yang ada. Isi presentasi menyangkut visi/misi, targetan, pelaksanaan, parameter keberhasilan program, evaluasi, dan pengenalan personil masing-masing. Setelah itu dilanjutkan sesi tanya jawab dari MPA dan massa HME. Di sesi ini banyak diberikan pertanyaan-pertanyaan dari MPA seputar kenapa program tidak jalan, itu begini, ini begitu. Yang cukup menusuk adalah pernyataan salah satu massa HME diakhir sesi. Beliau menyangsikan angka-angka keberhasilan yang ada. Walaupun suatu bagian menyatakan berhasil sekian persen, namun kenyataan riilnya tidak demikian. Kalau boleh saya tangkap, keberhasilan hanya diukur dari suatu program telah berjalan. Mengenai itu hanya sekedar melaksanakan, itu urusan lain. Tidak ada tanggapan untuk itu, karena yang bersaangkutan hanya meminta itu untuk menjadi renungan.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan laporan dari MPA, pembacaan diterima/tidaknya pertanggungjawaban bagian-bagian, lalu pelantikan anggota baru MPA, dan terakhir nonton bersama film kaleidoskop bikinan divisi visual HME.
Ini adalah simulasi, bagi saya beginilah siklus hidup. Pada awal-awal sekali pengetahuan kita kosong, tidak mengerti apa-apa tentang dunia. Setelah menjalani pendidikan/kaderisasi/apapunnamanya itu, kita diberi tahu dan kita jadi cukup tahu. Ilmu yang didapat tadi dirumuskan dan diformulasikan sendiri-sendiri menghasilkan kesimpulan yang menjadi pegangan dalam berpikir dan bertindak. Setelah ini kita melatih diri untuk sekedar menguji pengetahuan yang ada. Ada masanya pengetahuan yang kita dapat itu sudah dianggap cukup. Pada saat seperti ini kita dituntut menjadi pelaksana. Kita diberikan soal dan problematika yang riil. Kita dituntut menyelesaikannya. Kita berencana kemudian belajar untuk berbuat. Agar mudah dan tepat, kita membutuhkan guideline. Dalam menjalani ini, kudu sabar dan hati-hati. Jangan asal bertindak, namun jangan juga terlambat bertindak. Di saat seperti ini dituntut kesigapan lapangan yang tinggi tanpa melupakan esensi pengerjaan. Segala rumus dan formula yang menjadi pengangan akan bercampur baur dan bekerja di alam bawah sadar. Spontanitas dan intuisi bekerja berdasarkan pengetahuan yang telah mengendap. Sulit untuk memilah-milah atau kembali lagi ke dasar. Pembelajaran telah dilakukan, menjadi pelaksana sudah diperankan. Selanjutnya adalah saat evaluasi. Apakah segala hal yang telah direncanakan dan dilaksanakan sinkron? Jika tidak, apa penyebabnya? Bagaimana solusi kedepannya? Evaluasi ini menjadi bahan pertanggungjawaban kepada siapapun yang bersinggungan dengan hasil kerja kita. Dalam organisasi namanya LPJ, di sekolah namanya raport, kalau dalam hidup ini namanya peng-hisab-an.. Setiap proses bisa menjadi bagian dari proses lain yang lebih besar, begitu seterusnya.
Jadi ketika kita menyatakan kita berani berbuat, harus dengan tulus menyadari kalau kita berani bertanggungjawab. Ketika kita tahu, maka secara tidak langsung itu sudah menjadi tanggung jawab. Tidak adil? If so, you may say life isn't fair either..

0 comments:

blogger templates | Make Money Online